WAKTUNYA MINUM TEH !!!


Para ahli seolah tak jemu meneliti berbagai manfaat teh bagi kesehatan manusia. Menurut sebuah studi di University of Newcastle, Inggris, meminum teh, khususnya teh hijau, dapat meningkatkan kemampuan memori manusia dan mengurangi resiko terserang penyakit Alzheimer.

Sebelumnya, sebuah studi di Chicago, AS, terhadap para penderita sakit kepala akibat stres menemukan bahwa kafein, yang juga terdapat dalam teh, dapat berfungsi sebagai obat pereda sakit. Selain itu, sebuah tim peneliti dari Illionis, AS, juga mengungkapkan bahwa kandungan polyphenol dalam teh hitam ternyata dapat mencegah timbulnya plak gigi dan mengurangi pembentukan asam yang menyebabkan gigi berlubang.

Sumber : Reader's Digest Juni 2005

RAHASIA AIRMATA

Barang kali lelakilah, manusia yang paling miskin khazanah nuansa emosional. Hal ini justru terkondisikan oleh keadaan serta latar kehidupan yang membentuk watak kepribadian. Realitas sosial secara sistematis membuat garis demarkasi yang ketat antara pria dengan airmata. Bahkan dalam kamus hidupnya, airmata terlanjur dipersepsikan sebagai ekspresi kecengengan dan kelemahan.
Sebagaimana ketika masih kecil ia mendengar bapaknya membentak, " Diam! kamu laki-laki, jangan menangis." atau, "Dasar laki-laki cengeng, sana nangis di balik kebaya ibumu!"
Tiba-tiba setelah berumahtangga ia harus serumah dengan wanita. Sosok yang paling sering memakai bahasa airmata. Pada banyak kondisi dan situasi bisa tumpah ruah seolah tanpa batas. Maka disanalah bermula perjalanan misterius yang penuh kejutan.
Pertama melihat airmata, ketika upacara ijab kabul berlangsung sakral. Entah mengapa ada bintik-bintik bening merebak, membasahi bulu-bulu lentik di kelopak mata gadis pilihannya. Susah payah ia menepis bayang-bayang hitam: "Apakah wanita itu menyesal menikah denganku?Kalau tidak, lalu mengapa harus ada airmata?".
Sebagai suami pemula ia belum siap menerjemahkan bahasa airmata secara sempurna. Betapa rumit logikanya menerima saat wanita menetesakan airmata, sambil memeluk bayi yang demam panas. Padahal obat penawar baru saja usai di berikan. apakah airmata bisa mengurangi rasa sakit?
Kenapa mata istri sembab berlinang air ketika kepala suaminya berlumuran darah jatuh dari vespa? Sementara ia sendiri merasa biasa-biasa saja. Mengapa matanya berkaca-kaca saat melepas rindu setelah lama berpisah? sedangkan ia malah tertawa-tawa.
Puncaknya sang istri menangis setelah melahirkan bayi yang telah lama dinanti. susah payah suami membujuk, tapi dia keras kepala. Terus menangis, hingga kemudian berhenti sendirian.
Tapi anehnya, wanita tidak meneteskan airmata ketika suami di PHK. Saat tergusur dari pondok kontrakan, susu bayi tiada, atau dapur yang mulai jarang berasap. Istri tidak menangis bila tiga tahun menikah belum selembar baju baru di hadiahkan suami tercinta.
Atau peringatan ulang tahun perkawinan yang di rayakan cukup dengan makan nasi dingin. rumah kontrakan yang sering kebanjiran. Bahkan ketika dia "terpaksa" ikut serta memeras keringat, menopang ekonomi keluarga yang timpang.
Alhasil, walaupun telah berumahtangga, bukannya tambah paham air mata,justru membuatnya bingung, heran bercampur takut. Ternyata sungguh rumit menakar makna air mata wanita berdasarkan timbangan akal semata. Apa sebenarnya rahasia airmata wahai wanita? jeritnya dalam hati.
Walaupun ia sesaki juga mengapa tidak ada mata kuliah hikmah airmata!? Mana refrensi, buku-buku, atau hasil penelitian yang mengkaji makna tetesan bening dari pelupuk mata? Lagi-lagi ia harus kecewa.
Padahal selaku muslim yang saleh, ia menyadari kewajiban suami untuk mendidik, membina dan mencintai istri. Maka mau tidak mau ia harus menyelami kehidupan emosional dan perasaan wanita.Termasuk dimensi airmata, dengan segala kerumitan yang khas dan membutuhkan kepekaan tertentu.
Semula ia berasumsi, semua wanita menangis tanpa ada alasan. Syukurlah teka-teki itu terjawab oleh ensiklopedi kehidupan, serta kekayaan pengalaman yang direguk selama berumahtangga. Sedikit demi sedikit mulai di pahami, sebenarnya airmata wanita adalah airmata kehidupan.
Airmata kekuatan, saat melahirkan bayi dari rahimnya, sementara angka kematian ibu terus menunjukkan grafik meningkat.Airmata kehangatan bagi bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap dan sentuhan kasih sayang dalam dekapan lembutnya.

Airmata yang peka dan kasih
, untuk mencintai serta merawat semua anak dan keluarga. Dalam kondisi apapun dan dalam situasi apapun. Walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah. Padahal tak jarang orang-orang yang dicintai menyakiti perasaannya, melukai hatinya.

Airmata ketabahan
, atas kesederhanaan hidup namun tidak membuatnya minder pergaulan. apalagi sampai mengurangi husnudzan-nya terhadap Tuhan. Umpama, tangisan seorang sufi wanita kala suaminya menyimpan sepotong roti yang hampir basi untuk esok pagi. Airmata yang meleleh di pipi sebagai tanda kekhawatiran. Jangan-jangan perbuatan suami menunjukkan sikap su'udzan terhadap kelapangan rezeki dari Allah

Airmata ketegaran
, saat rumah tangga melewati masa-masa pancaroba, atau hampir karam oleh badai cobaan. Seperti tangisan bahagia khansa' ketika wafat suami dan tiga putera tercinta di medan laga. syahid demi membela kekasih sejati: Nabi Muhammad Saw. Airmata keperkasaan yang membuatnya tetap bertahan. Pantang menyerah saat melalui masa-masa sulit. Kegetiran malah membentuk kepribadian yang tangguh.

Airmata kesucian
, sebagaimana tangisan Aisyah ketika di tuduh berselingkuh oleh kaum munafik, sehingga menimbulkan kisruh di kalangan umat islam, bahkan Rasul pun hampir terpengaruh.Tapi Allah Mahatahu. Airmata kesucian itu di kukuhkan kebenarannya dalam Al-Qur'an.

Airmata kebijaksanaan
yang mampu memberi pengertian dan menyadarkan suami. Walau, sering pula, kebijaksanaan itu akan menguji kesetiaan yang diberikan kepada suami. Agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Airmata yang bersumber dari mata air kehalusan perasaan, ketika bersentuhan dengan hal-hal yang mengusik hati nurani, tangisannya bukan karena kecengengan. Tapi menunjukkan betapa halus dan lembutnya perasaan yang ia miliki. Wanita berpikir dengan hati dan meraba dengan pikirannya.

Subhanallah! Diusia pernikahan yang baru seumur jagung, ia telah melihat hampir semua jenis airmata itu berkumpul pada sosok istri tercinta. Airmata yang akan terus menetes hingga membasahi hati. Sebagai refleksi atas ketawadhuan, qona'ah dan istiqomahnya diri. Juga menumbuhkan ketulusan cinta yang luar biasa.
Akhirnya ia berani menyatakan, "... andai wanita tanpa airmata, maka dunia akan berduka cita." Tiba-tiba sang suami pemula ingin belajar menangis

sumber :
judul buku : Ukhty... Hatimu di jendela Dunia sebuah torehan wajah perempuan dan peristiwa
Penulis : Yoli Hemdi
Penerbit : Zikrul Hakim


BELAJARLAH PADA HATIM

Renungkanlah sebuah hikayat di bawah ini :
Hatim Al-Asham adalah seorang sahabat Syaqiq Al-Balkhi. Suatu ketika Syaqiq bertanya kepada Hatim, “ Wahai Hatim, sudah tiga puluh tahun kita bersahabat. Apa yang telah kamu peroleh selama ini ?”
Hatim menjawab, “Aku telah memperoleh delapan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat. Inilah yang mencukupkan diriku untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Aku berharap keselamatan dan kebahagiaan itu berada di dalamnya.”
Syaqiq lalu bertanya, “Apa itu, hai sahabatku?”
Hatim menjawab, “pertama, aku telah mengamati berbagai macam makhluk. Aku lihat, mereka mempunyai kekasih sebagai tambatan hatinya. Sebagian dari mereka, ada yang didampingi kekasihnya hingga ke liang kubur. Sesudah itu,semuanya kembali dan meninggalkannnya sendirian di kuburan. Tidak seorang pun yang bersedia menemaninya di kuburan. Tidak seorang pun yang bersedia menemaninya masuk ke liang kubur.
Usai melihat kejadian itu terbersit di dalam pikiranku bahwa ternyata kekasih yang paling utama ialah yang menyertai seseorang masuk ke liang kubur dan memberikan hiburan di dalamnya. Hal ini hanya aku temui pada amal saleh. Oleh karena itu, amal saleh kujadikan kekasih, agar kelak bisa menjadi pelita dalam kuburku, menghibur dan tidak meninggalkanku seorang diri.
Kedua, Aku lihat kebanyakan manusia hanya memperturutkan kehendak nafsunya untuk memenuhi segala hasratnya. Terhadap hal ini, Aku camkan firman Allah SWT. : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya” ( QS. Al-Nazi’at [79]: 40-41). Aku yakin, yang dikatakan Al-Qur’an tentu benar. Maka, aku segerakan melawan kehendak nafsu. Aku berjihad dan berjuang menahan hawa nafsu, berusaha menolak segala keinginanku yang liar hingga ia tunduk, menyerah, dan taat keadapa Allah SWT.
Ketiga, aku lihat setiap orang membanting tulang untuk memperoleh dan menumpuk kekayaan dunia. Mereka membelanjakannya dengan hemat, bahkan amat kikir. Aku teringat firman Allah SWT, “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang di sisi Allah adalah kekal”(QS. Al-Nahl [16]: 96). Lalu, segera aku belanjakan harta simpananku untuk menacari ridha Allah: bersedekah kepada fakir miskin dan berjihad di jalan Allah agar kelak manjadi simpanan di sisi Allah SWT.
Keempat, aku melihat sebagian manusia mengira bahwa kemuliaan dan ketinggian derajat ditentukan oleh banyaknya kerabat dan keluarga. Lalu mereka merasa gagah dan bangga jika memiliki kerabat yang banyak. Sebagian dari mereka adapula yang beranggapan bahwa kemuliaan dan ketinggian martabat terletak pada banyaknya harta dan anak. Dengan kekayaan itu mereka lalu menepuk dada.
Sebagian yang lain beranggapan bahwa kemuliaan dan ketinggian martabat berada dalam perilaku yang zalim, keserakahan, dan pertumpahan darah antar sesama manusia. Bahkan adapula yang berkeyakinan bahwa kemuliaan dan ketinggian martabat terletak pada keborosan, hura-hura, dan menghambur-hamburkan harta.
Melihat kenyataan itu, lalu kurenungkan firman Allah SWT, “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” (QS. Al-Hujurat [49]: 13). Maka, kupilih takwa sebagai jalan kemuliaan dan ketinggian martabat. Aku yakin, yang dikemukakan Al-Qur’an adalah benar. Dan, semua amggapan mereka salah dan tak beralasan.
Kelima, aku melihat manusia hidup saling cela dan saling umpat. Kulihat pangkal semua itu adalah karena kedengkian dalam masalah harta, pengaruh, dan kepandaian. Maka, aku pun merenungkan firman Allah SWT, “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Al-Zukhruf [43]: 32).
Aku mengerti bahwa pembagian rezeki dan kedudukan telah ditentukan Allah sejak zaman azali. Itu sebabnya, kubuang jauh-jauh sifat iri dan dengki dari dalam hati. Kuterima dengan senang hati setiap pemberian Allah SWT.
Keenam, kulihat manusia saling bermusuhan karena berbagai sebab dan tujuan. Maka, kurenungkan kembali firman Allah SWT, “Sesungguhnya setan itu musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS.Fathir [35]: 6).Maka, mengertilah aku bahwa orang tidak layak memusuhi kecuali terhadap setan. Itu berarti orang yang memusuhi orang lain telah kena jaring tipu daya setan.
Ketujuh, aku melihat setiap orang bekerja keras dan memeras keringat untuk mencari makan dan kebutuhan hidup, hingga kadang ia terjatuh ke dalam kesyubhatan, terjerumus dalam hal yang haram dan mencemarkan martabatnya. Maka, kurenungkan kembali firman Allah SWT, “Dan tidak ada sesuatu binatang melatapun di bumi, melainkan Allah lah yang memberi rezekinya…”(QS. Hud [11]: 6). Aku pun mengerti bahwa rezeki itu berada pada kekuasaan Allah SWT semata. Masalah rezeki, Dialah yang menanggungnya. Oleh karena itu, aku lalu bangkit untuk memelihara ibadah kepada-Nya dan kubuang jauh-jauh rasa laba dan tamak. Hanya kepada-Nya aku menyerahkan sepenuhnya masalah rezeki ini.
Kedelapan, aku sering melihat manusia maenyandarkan nasib dan harapannya kepada sesama dan makhluk lain. Sebagian dari mereka ada yang meyandarkan kepada uang dan kebendaan, harta dan kekayaan, perusahaan dan perdagangan. Adapula yang bergantung kepada sesama manusia. Maka, kembali kuperhatikan dengan sungguh-sungguh firman Allah SWT, “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya), Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu “ (QS. Al-Thalaq [65]: 3). Oleh karena itu, aku bertawakal kepada Allah SWT. Sebab, hanya Dialah yang dapat mncukupi segala kebutuhanku. Hanya Allahlah sebaik-baik pelindung.
Setelah mendengar keterangan Hatim tersebut, Syaqiq pun berkata, “Semoga Allah memberikan taufik kepadamu, wahai sahabatku. Aku telah menelaah kitab Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Semuanya memberikan keterangan seperti yang engkau katakana itu. Orang yang mengamalkan perkara itu ia telah mengamalkan keempat kitab suci tersebut.
(Al-Ghazali)